Selasa, 04 Maret 2008

Baru baca AAC


duh... kasian deh... aku baru baca novel ayat-ayat cinta...!!! itu pun cuma soft copynya aja yang aku download... ! harganya mahal bangets sieh... untuk kantong ku ! uang kiriman dari ortu udah ku abiskan buat bayar kreditan komputer... uang hadiah lomba blog kemaren waktu bulan januari belum di kasih-kasih ma sekolah... uang capek jadi LO belum kuambil di kantor PEMKOT Bontang soalnya aku lagi sibuk... andaikan aku punya banyak uang, bakalan kubeli semua novel karya Paman Habiburrahman El Shirazy . koq jadi ngelantur ya.... ya udahlah sekarang aku mau cerita tentang novel ayat-ayat cinta.

kemaren... karena penasaran bangets ma nie novel aku coba cari di internet ! setelah sekian lama mencari aku akhirnya dapet juga linknya... dengan semangat 45 (mo perang ya ??) aku download nie novel secara sembunyi-sembunyi dari guruku,atut dimarahin soalnya aku pake internet sekolah ! but karena aku anak yang rajin (rajin makan ??) aku di bolein ma guruku (guruku memang the best deh....)abis itu dengan pinjam Flasdisknya temenku, aku copy deh... kekomputerku di rumah (komputer baru...oi...) tapi kredit(cicilan).
pulang sekolah sekitar jam 6 sore (kepala sekolah kalah ma aku soalnya aku ada disekolah dari pagi jam 7 ampe jam 5.45 sore)begitu sampe di rumah mandi, ngemil, sholat, ba'da isya aku langsung ambil flasdisk didalam tas and ga pake lama langsung deh... aku copy kekomputer ku...pertama baca nie... novel aku udah tergila-gila ma nie... novel...
kalo menurutku ini adalah novel terbaik yang pernah ku baca... (aku mengidap virus dari kecil namanya "virus baca")
nie... ceritanya seru bangets..... sumpah.... subhanallah... aku sampe ga bisa ngomong apa-apa lagi

nyeritain tentang mahasiswa2 Indonesia yang lagi belajar di Universitas Al-Azhar Mesir, sesuai dengan latar belakang paman Abik. denger itu may be yang kebayang adalah cerita yang agak jauh dari pembacanya karena perbedaan budaya. Tapi paman Abik (begitu katanya dia biasa dipanggil sebenernya sie kang abik) bisa membuat ceritanya mengalir lancar ga da hambatan. Penuturannya yang sangat humanis dengan menggunakan orang pertama melalui Fahri mampu membuat pembaca ikut dalam tokoh utama ini. biar bersetting di negara yang berbahasa arab, kata-kata yang digunain ga cuma bahasa arab doank, ada banyak bahasa like jerman, english, apalagi indonesia

kita serasa ngalamin sendiri klo Fahri melakukan perjalanan dengan metro (kereta listrik) dari satu sudut kota Cairo ke sudut yang lain setiap harinya. Ikut ngerasain beban tugas Fahri yang menumpuk segunug. Ikut ngerasain hangatnya persaudaraan dengan teman2 serumah yang sama2 dari Indonesia. ngerasain panasnya Cairo dipuncak musim panasnya. ngerasain ikut ngejaga akhlak dalam interaksi dengan orang lain. Ikut malu-malu ketika Fahri di-"tari rabi" (ditawari menikah - red. .. eh ini basa jawa bukan basa arab :p). Emosi juga ikut melambung dan terbanting ngikutin nasib yang harus dijalani Fahri.

bab-bab pertama nyeritain tentang kehidupan fahri yang mo nyelesain S2 dia talaqqi ke syeik Utsman dll, pertama aku kira ini ya... kayak diari aja yang datar but ternyata lebih dari itu tiba-tiba ceritanya naik gunung euy... but aku ga pernah kecewa dengan ceritanya yang naik gunung itu... tapi juga ga lama kebahagian itu langusung berubah drastis ga tau berapa derajat ???

Pertemuan dengan aisha

Pada waktu itu, si pemuda yang bernama lengkap Fahri bin Abdullah Shiddiq, sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman Abdul Fattah, seorang Syaikh yang cukup tersohor di seantero Mesir. kepadanya Fahri belajar tentang qiraah Sab'ah (membaca Al-Qur'an dengan riwayat tujuh imam) dan ushul tafsir (ilmu tafsir paling pokok). Hal ini sudah biasa dilakukannya setiap dua kali seminggu, setiap hari Ahad/Minggu dan Rabu. Dia sama sekali tidak pernah melewatkannya walau suhu udara panas menyengat dan badai debu sekalipun. Karena baginya itu merupakan suatu kewajiban karena tidak semua orang bisa belajar pada Syaikh Utsman yang sangat selektif dalam memilih murid dan dia termasuk salah seorang yang beruntung.

Di dalam metro, Fahri tidak mendapatkan tempat untuk duduk, mau tidak mau dia harus berdiri sambil menunggu ada kursi yang kosong. Kemudian ia berkenalan dengan seorang pemuda mesir bernama Ashraf yang juga seorang Muslim. Merteka bewrcerita tentang banyak hal, termasuk tentang kebencian Ashraf kepada Amerika. Tak berapa lama kemudian, ada tiga orang bule yang berkewarganegaraan Amerika (dua perempuan dan satu laki-laki) naik ke dalam metro. Satu diantara dua perempuan itu adalah seorang nenek yang kelihatannya sudah sangat lelah. Biasanya orang Mesir akan memberikan tempat duduknya apabila ada wanita yang tidak mendapatkan tempat duduk, namun kali ini tidak. Mungkin karena kebencian mereka yang teramat sangat kepada Amerika. Sampai pada suatu saat, ketika si nenek hendak duduk menggelosor di lantai, ada seorang perempuan bercadar putih bersih yang sebelumnya dipersilahkan Fahri untuk duduk di bangku kosong yang sebenarnya bisa didudukinya, memberikan kursinya untuk nenek tersebut dan meminta maaf atas pwerlakuan orang-orang Mesir lainnya. Disinilah awal perdebatan itu terjadi. Orang-orang Mesir yang kebetulan mengerti bahasa Inggris merasa tersinggung dengan ucapan si gadis bercadar. Mereka mengeluarkan berbagai umpatan dan makian kepada sang gadis, dan ia pun hanya bisa menangis. Kemudian Fahri berusaha untuk meredakn perdebatan itu dengan menyuruh mereka membaca shalawat Nabi karena biasannya dengan shalawat Nabi, orang Mesir akan luluh kemarahannya dan ternyata berhasil. Lalu ia mencoba menjelaskan pada mereka bahwa yang dilakukan perempuan bercadar itu benar, dan umpatan-umpatan itu tidak layak untuk dilontarkan. Namun apa yang terjadi, orang-orang Mesir itu kembali mrah dan meminta Fahri untuk tidak ikut campur dan jangan sok alim karena juz Amma saja belumtentu ia hafal. Kemudian emosi mereka mereda ketika Ashraf yang juga ikut memaki perempuan bercadar itu, mengatakan bahwa Fahri adalah mahasiswa Al-Azhar dan hafal Al-Qur'an dan juga murid dari Syaikh Utsman yang terkenal itu. Lantas orang-orang Mesir itu meminta maaf pada fahri. Fahri kemudian menjelaskan bahwasanya mereka tidak seharusnya bertindak seperti itu karena ajaran Baginda Nabi tidak seperti itu. Lalu ia pun menjelaskan bagaimana seharusnya bersikap kepada tamu apalagi orang asing sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Mereka pun mengucapkan terima kasih pada fahri karena sudah megingatkan mereka. Sementara itu, si bule perempuan muda, Alicia, sedang mendengarkan penjelasan tentang apa yang terjadi dari si perempuan bercadar dengan bahasa Inggris yang fasih.Kemudian Alicia berterima kasih dan menyerahkan kartu namanya pada Fahri. Tak berapa lama kemudian metro berhenti dan perempuan bercadar itupun bersiap untuk turun. Sebelum turun ia mengucapkan terima kasih pada Fahri karena sudah menolongnya tadi. Akhirnya mereka pun berkenalan. Dan ternyata si gadis itu bukanlah orang Mesir melainkan gadis asal Jerman yang sedang studi di Mesir. Ia bernama Aisha.

Maria, Gadis Koptik yang Aneh

Di Mesir, Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal dari Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi dan Misbah. Fahri sudah tujuh tahun hidup di Mesir. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar menjadi tempat tinggal Fahri dan empat temannya, sedangkan yang lantai atas ditempati oleh sebuah keluarga Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed, dan dua orang anak mereka - Maria dan Yousef. Walau keyakinan dan aqidah mereka berbeda, namun antara keluarga Fahri (Fahri dkk) dan keluarga Boutros terjalin hubungan yang sangat baik. Di Mesir, bukanlah suatu keanehan apabila keluarga Kristen koptik dan keluarga Muslim dapat hidup berdampingan dengan damai dalam masyarakat. Keluarga ini sangat akrab dengan Fahri terutama Maria. Maria adalah seorang gadis Mesir yang manis dan baik budi pekertinya. Kendati demikian, Fahri menyebutnya sebagai gadis koptik yang aneh, karena walaupun Maria itu seorang non-muslim ia mampu menghafal dua surah yang ada dalam Al-Quran dengan baik yang belum tentu seorang Muslim mampu melakukannya. Ia hafal surat Al-Maidah dan surah Maryam. Fahri juga baru mengetahuinya ketika mereka secara tak sengaja bertemu di metro. Seluruh anggota keluarga Boutros sangat baik kepada Fahri dkk. Bahkan ketika Fahri jatuh sakit pun keluarga ini jugalah yang membantu membawa ke rumah sakit dan merawatnya selain keempat orang teman Fahri. Apalagi Maria, dia sangat memperhatikan kesehatan Fahri. Keluarga ini juga tidak segan-segan mengajak Fahri dkk untuk makan di restoran berbintang di tepi sungai Nil,kebanggaan kota Mesir, sebagai balasan atas kado yang mereka berikan. Pada waktu itu Madame Nahed berulang-tahun dan malam sebelumnya Fahri dkk memberikan kado untuknya hanya karena ingin menyenangkan hati beliau karena bagi Fahri menyenangkan hati orang lain adalah wajib hukumnya. Setelah makan malam, tuan dan nyonya Boutros ingin berdansa sejenak. Madame Nahed meminta Fahri untuk mengajak Maria berdansa karena Maria tidak pernah mau di ajak berdansa. Setelah tuan dan nyonya Boutros melangkah ke lantai dansa dan terhanyut dengan alunan musik yang syahdu, Maria pun memberanikan diri mengajak Fahri untuk berdansa, namun Fahri menolaknya dengan alasan Maria bukan mahramnya kemudian menjelaskannya dengan lebih detail. Begitulah Fahri, ia selalu berusaha untuk menjunjung tinggi ajaran agama yang dianutnya dan selalu menerapkannya dalm kehidupan sehari-hari.

Si Muka Dingin Bahadur dan Noura yang Malang

Selain bertetangga dengan keluarga Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perangainya berbanding 180 derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama Bahadur yang terkenal dengan julukan si Muka Dingin karena ia selalu berperangai kasar kepada siapa saja bahkan dengan istrinya madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur dan istrinya mempunyai tiga orang putri, Mona, Suzanna, dan Noura. Mona dan Suzanna berkulit hitam namun tidak halnya dengan Noura, dia berkulit putih dan berambut pirang. Hali inilah ang membuat Noura dimusuhi keluarganya yang pada akhirnya membuat dirinya tercebur kedalam penderitaan yang amat sangat. Bahadur mempunyai watak yang keras dan bicaranya sangat kasar, Nouralah yang selalu menjadi sasaran kemarahannya. Dan kedua orang saudaranya yang juga tidak menyukai Noura mengambil kesempatan ini untuk ikut-ikutan memaki dirinya. Sampai tibalah pada suatu malam yang tragis dimana Bahadur menyeret Noura ke jalanan dan punggungnya penuh dengan luka cambukan. Hal ini sudah sering terjadi, namun malam itu yang terparah. Tak ada satu orang pun yang berani menolong. Selain hari sudah larut, Bahadur juga dikenal amat kejam. Akhirnya, karena sudah tak tahan lagi melihat penderitaan Noura, Fahri pun meminta bantuan Maria melaui sms untuk menolong Noura. Awalnya Maria menolak karena tidak mau keluarganya terlibat dengan keluarga Bahadur. Namun setelah Fahri memohon agar Maria mau menolongnya demi kecintaan Maria terhadap Al-Masih, Maria akhirnya luluh juga. Jadilah malam itu Noura menginap di rumah keluarga Boutros. Malam ini jualah yang akhirnya menghantarkan Fahri ke dalam penderitaan yang amat sangat dan juga membuatnya hampir kehilangan kesempatan untuk hidup di dunia fana ini.

Nie... novel keyen abis..., akhir cerita nie novel penuh dengan cinta, cinta antara dua anak manusia yang sepenuhnya atas nama ALLah dan ayat-ayat cinta-Nya.ga banyak-banyak 2 jempol deh buat paman abik. semua novelnya bagus-bagus cleopatra, mahrab cinta, ketika cinta bertasbih, semuaaaaaaaaaanya...
buat yang baca do'ain aku yang supaya bisa dapet uang buat beli novelnya..... oce sodala qyu

Tidak ada komentar: